Indeks Dolar AS Turun Menuju 103,00 karena Pidato The Fed yang Dovish dan Imbal Hasil yang Lebih Rendah
- Dolar AS melemah karena imbal hasil obligasi pemerintah melemah di tengah ketidakstabilan ekonomi AS.
- Perangkat CME FedWatch mengindikasikan probabilitas 100% penurunan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin di bulan September.
- Klaim Pengangguran Awal Mingguan AS turun ke 233 ribu, dibandingkan ekspektasi 240 ribu dan 250 ribu sebelumnya.
Indeks Dolar AS (DXY), yang melacak nilai Dolar AS (USD) terhadap enam mata uang utama, turun tipis mendekati 103,20. Penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS memberikan tekanan tambahan pada Greenback, dengan imbal hasil masing-masing berada di 4,01% dan 3,97% pada saat laporan ini ditulis.
Dolar AS menghadapi tantangan di tengah meningkatnya ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan melakukan penurunan suku bunga di bulan September. Para pedagang mengevaluasi sinyal-sinyal yang beragam dari ekonomi AS, mencoba untuk menentukan apakah ekonomi AS akan mengalami soft landing atau tergelincir ke dalam resesi. Perangkat CME FedWatch mengindikasikan bahwa pasar saat ini sepenuhnya mengantisipasi penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin oleh The Fed di bulan September.
Pada hari Kamis, Presiden The Fed Kansas City Jeffrey Schmid menyatakan bahwa pengurangan kebijakan moneter dapat menjadi "tepat" jika inflasi tetap rendah. Schmid mencatat bahwa kebijakan The Fed saat ini "tidak terlalu ketat" dan meskipun The Fed mendekati target inflasi 2%, The Fed belum sepenuhnya mencapainya, demikian dikutip dari Reuters.
Dari sisi data, Klaim Tunjangan Pengangguran Awal AS turun menjadi 233.000 untuk pekan yang berakhir 2 Agustus, berada di bawah ekspektasi pasar sebesar 240.000. Penurunan ini mengikuti angka yang direvisi naik menjadi 250.000 untuk pekan sebelumnya, yang merupakan angka tertinggi dalam satu tahun.
Penurunan Greenback dapat dibatasi karena meningkatnya arus safe-haven di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Pasukan Israel mengintensifkan serangan udara mereka di Jalur Gaza, yang mengakibatkan setidaknya 40 korban jiwa pada hari Kamis, menurut petugas medis Palestina. Eskalasi ini semakin memperuncing konflik antara Israel dan kelompok militan yang dipimpin Hamas, sementara Israel bersiap-siap untuk menghadapi kemungkinan konflik regional yang lebih luas setelah terbunuhnya para petinggi kelompok-kelompok militan Hamas dan Hizbullah.