• AUD/JPY bergerak turun untuk hari ketiga berturut-turut dan tertekan oleh kombinasi beberapa faktor.
• Taruhan kenaikan suku bunga BoJ dan kekhawatiran terhadap perang dagang terus mendorong aliran safe-haven menuju JPY.
• Angka IHK Australia yang lebih lemah pada hari Rabu melemahkan AUD dan berkontribusi pada penurunan.

Pasangan mata uang AUD/JPY menarik penjual baru setelah kenaikan sesi Asia ke area 94,20 dan bergerak turun untuk hari ketiga berturut-turut pada hari Kamis. Ini juga menandai hari keenam dari pergerakan negatif dalam tujuh hari sebelumnya dan menyeret harga spot ke area 93,70, atau level terendah sejak September 2024 dalam satu jam terakhir.

Para investor tampaknya yakin bahwa Bank of Japan (BoJ) akan menaikkan suku bunga lebih lanjut di tengah inflasi yang meluas di Jepang. Hal ini mengesampingkan komentar Gubernur BoJ Kazuo Ueda minggu lalu tentang kemungkinan peningkatan pembelian obligasi reguler dan memicu kenaikan baru dalam imbal hasil JGB. Selain itu, kekhawatiran tentang rencana tarif Presiden AS Donald Trump semakin memperkuat JPY sebagai safe-haven dan memberikan tekanan ke bawah pada pasangan mata uang AUD/JPY.

Faktanya, Trump memerintahkan penyelidikan terhadap impor tembaga untuk menilai apakah tarif harus dikenakan karena kekhawatiran keamanan nasional. Ini ditambah dengan tarif 10% yang dikenakan pada barang-barang dari Tiongkok dan ancaman tarif timbal balik baru untuk masing-masing negara. Selain itu, angka inflasi konsumen domestik yang lebih lemah pada hari Rabu berkontribusi pada kinerja relatif Dolar Australia (AUD) yang kurang baik dan semakin membebani pasangan mata uang AUD/JPY. 

Sementara itu, penurunan terbaru memvalidasi penembusan minggu ini melalui level terendah tahun berjalan sebelumnya, di sekitar wilayah 94,25. Penurunan selanjutnya dan penerimaan di bawah level 94,00 menunjukkan bahwa jalur yang paling mungkin bagi pasangan mata uang AUD/JPY tetap ke sisi bawah. Para pedagang kini menantikan serangkaian laporan ekonomi kunci dari Jepang pada hari Jumat, termasuk Produksi Industri, Penjualan Ritel, dan inflasi Tokyo, untuk mendapatkan dorongan baru.